Raden Ngabehi Kertokusumo adalah keturunan ke-16 dari Prabu Brawijaya, Raja Majapahit yang terakhir, keturunan ke-12 dari Ki Ageng Pemanahan Mataram, keturunan ke-10 dari Kanjeng Sinuwun Anyokrowati Mataram, keturunan ke-8 Raja Bima, keturunan ke-5 Kanjeng Pangeran Mangkunegara Madiun.
Raden Ngabehi Kertokusumo menikah dengan Raden Nganten Kertokusumo dan pada tahun 1875 mempunyai keturunan yang diberi nama “Raden Imam Soedjono Prawirosoedarso” (Guru Ilmu Sejati) yang tidak lain adalah Pendiri Perguruan Ilmu Sejati yang sekarang berada di Desa Sukorejo.
Pada jaman penjajahan dulu Eyang Kertokusumo sendiri merupakan Senopati dari Keraton mengusir penjajah dari Tanah Jawa dan bergabung dengan pasukan Diponegoro, kemudian seiring berjalannya waktu Raden Kertokusumo diberikan mandat oleh Keraton untuk membuka perkampungan atau istilahnya “Babat Deso” membantu Kyai Zaenal Abidin yang terlebih dahulu datang membuka cikal bakal Desa Babadan Lor. Kyai Zaenal Abidin sampai akhir hayat tetap bertinggal di Babadan yang sekarang makam nya berada di Dusun Bulakblawong Desa Babadan Lor.
Setelah babat desa selesai, Raden Kertokusumo dipanggil untuk mengabdi kembali ke Mataram. Selain Raden Soedjono Prawirosoedarso, Eyang Kertokusumo juga memiliki putra yang bernama Raden Tosuma yang pada akhirnya menjabat sebagai Palang Mejayan yang bertempat tinggal di Ndalem Babadan. Maka dari itu, masih banyak orang tua yang menyebut Desa Babadan Lor sebagai “Babadan Tosuman”. Untuk makam Beliau tidak diketahui keberadaannya karena menurut cerita para sesepuh Ndoro Tosuma mengalami “moksa” (menghilang tanpa meninggalkan jejak).
Itulah sejarah singkat Desa Babadan Lor Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun.
PEJABAT LURAH BABADAN LOR
- Wongso Guling
- Gembloh Kertokusumo (1920-1962)
- Slamet Hadisudarmo (1965-1970)
- Kadiran (1970-1977)
- Soemowidji (1978-1994)
- Suparno (1995-1998)
- Soemowidji (1998-2000)
- Mudjiono (2003-2013)
- Bambang Supriyanto (2014-2017)
- Sumarlan (2019-Sekarang)